<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d10868920\x26blogName\x3dFebi\x27s+Journal\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://jurnal-febi.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://jurnal-febi.blogspot.com/\x26vt\x3d-3357453960751995629', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Tuesday, March 25, 2008

Kemana pergi nya lagu naek delman, bintang kejora, burung kakak tua ???

Dua hari menghabiskan waktu dirumah, saya jadi tau kalau sekarang sedang semarak acara kontes lagu anak-anak di beberapa stasiun tv. Sebenarnya saya senang melihat anak-anak dengan kepolosan mereka bernyanyi membawakan lagu-lagu sederhana, seperti menularkan kepada saya dunia kanak-kanak yang selalu riang gembira.

Tapi pada acara kontes-kontes itu yang saya lihat adalah anak-anak kecil yang di paksakan untuk menjadi seperti maia, seperti band Raja, peter pan atau Andra & backbone. Aneh rasanya melihat anak berusia 4 tahun yang ngomong aja masih cadel harus bernyanyi lagu cinta-cinta an.

Kemana pergi nya lagu naek delman, bintang kejora, burung kakak tua, Bunda Piara, desa ku, paman ku datang ????? apa lagu-lagu itu dianggap sudah ketinggalan jaman dan tidak komersil sehingga pihak penyelenggara ber hak menyuruh anak-anak membawakan lagu-lagu orang dewasa ??? KASIAN.

PS : Jadi inget, sekarang juga gak ada lagu anak-anak yang baru lagi yah ??

Tuesday, March 11, 2008

Kebun Impian Ala Jamie Oliver

Pagi-pagi udah di curhatin sama asisten di rumah “ Ampun deh, harga barang di pasar gak kira-kira naek nya, masa sayur bayem seiket kecil aja dua ribu, dulu mah seribu perak udah dapet seiket gede. Sekarang bawang merah sekilo tiga belas rebu, kalo beli ketengan, seribu cuman dapet lima biji. Pasar jadi sepi, orang-orang juga males kali belanja”, Saya cuman nyengir doang dengerin si bibik yang emang bawel itu.

Dalam perjalanan ke kantor saya jadi kepikiran, iya yah, sekarang harga kok jadi menggila ? terutama untuk harga kebutuhan pokok, dan yang paling terasa kena imbas nya yah ibu-ibu rumah tangga, yang biasa masak tiap hari. Terus keliatannya pemerintah juga loyo, gak punya kekuatan menahan harga yang makin naik itu.

Saya jadi ngayal, enak juga yah kalau kita punya kebun sendiri yang bisa menyokong sebagian sayur mayur dan bumbu-bumbu yang biasa kita gunakan sehari-hari, jadi gak ngaruh dengan harga-harga yang melambung itu. Mau masak sayur daun pepaya tinggal petik di kebun, mau bikin sambel, tinggal petik deh rawit nya.

Di rumah ibu saya di Bogor, beliau juga menggunakan sudut kebunnya untuk menanam sayuran dan tanaman bumbu, tapi paling yang standar-standar aja seperti daun pandan (kayanya setiap rumah nanem pandan yah?? ), rawit ijo, daun kemangi, jeruk limo, tomat sayur, serai, kunyit,daun salam, jahe merah dan daun kucai. Yah kira-kira segitu deh yang saya ingat.

Saya jadi ingat dengan Ibu Wayan Rena yang punya Resort Kedisan Bali, sambil nemenin saya makan beliau cerita, “ Mbak Febi, sayur cah bayam yang mbak Febi makan ini hasil kebun sendiri, bawang merah dan cabe untuk sambel bali nya juga. Bawang merah hasil kebun saya besar-besar, enak sekali di buat sambal”. Sesudah itu saya di antar berkeliling kebun melihat sayuran yang beliau tanam “ semua bebas zat kimia, benar-benar organik”. “ooooooh jadi ini toh rahasia awet muda ibu yang ramah ini” Pikir saya.

Saya juga ngeces-ngeces kalau nonton Jamie at home nya Jimie Oliver, syirik liat kebunnya yang lengkaaaap banget, dan dia jago banget ngolah masakan dari hasil kebunnya itu, kayanya adaa aja yang bisa dia olah. Sampai sekarang, bayangan dia bikin jus stroberi hasil kebun masih terbayang-bayang dalam ingatan saya. Misal nih yah, kita jadi tetangga Bang Oliver, terus pas kita masak eeeeeh ada bumbu yang kelupaan beli dan bumbu itu ternyata ada di kebon Bang Oliver, boleh gak yah minta sama dia ?? hihihi, kok saya jadi nyamain Jimie Oliver sama teh Ida tetangga sebelah yang selalu saya maintain belimbing wuluh nya kalau saya masak pindang yah.

Amin amin amin semoga Yang Maha Kuasa melimpahi saya rezeki yang berlimpah supaya bisa punya kebun impian ala Jimie Oliver, tapi untuk sekarang cukup di dalam pot dulu deh. Oh iya, ada yang tau gak dimana bisa beli tanaman mint ? enak juga buat campuran nge teh sore-sore.

Foto di ambil di http://www.jamieoliver.com/

Lombok Hari Kedua : Pesona Tiga Gili

Selamat pagi…ini pagi pertama saya di Gili, ketukan pintu Panjul petugas hotel, untuk menawarkan sarapan pagi membangunkan saya dari tidur, ternyata sudah pukul delapan pagi, wah selamat tinggal deh rencana mengintai indah nya sunrise pagi ini. Mungkin karena ini sudah hari ke empat liburan buat saya dan Ichil, jadi kami sudah terlalu letih untuk bangun pagi-pagi, berbeda dengan Yan dan Harry yang baru memuluai liburan mereka, cadangan energi mereka masih berlimpah, sehingga mereka bisa bangun pagi dan sukses menyaksikan matahari terbit.

Secangkir kopi hitam, pancake pisang dan roti bakar adalah menu sarapan yang disediakan oleh Matahari In buat kami. Matahari In adalah sebuah cottage sederhana dengan harga sewa kamar seratus ribu rupiah permalam dengan fasilitas fan dan sarapan pagi. Ada tujuh buah kamar yang disewakan, pada saat kami berada disana semua kamar terisi penuh oleh turis asing. Pengelolaan cottage di serahkan kepada Panjul yang bertugas sebagai manager operasional, marketing, kasir, koki, bagian kebersihan, penyewaan sepeda dan juga merangkap sebagai guide tour bagi turis yang menginap di Matahari In. Sambil di temani oleh Panjul kami menikmati sarapan pagi di teras kamar, Ichil langsung jatuh cinta dengan menu pancake pisang keju buatan Panjul, ternyata lelaki berkulit hitam berambut gimbal itu pintar masak.

Tadi malam, sebelum kami kembali ke cottage, kami menyempatkan diri untuk membeli tiket Glass – bottomed boat trips pada loket-loket penjualan yang banyak terdapat di sekitar cottage, biaya trips sebesar 70 ribu rupiah per orang sudah termasuk penyewaan alat-alat snorkling.

Kira-kira pukul setengah sepuluh, dengan di temani Panjul kami berangkat menuju dermaga kayangan, lokasi dimana peserta bottomed boat trips harus berkumpul pada sepuluh pagi. Oh ya, sebelum berkumpul di dermaga, saya harus mengambil bekal makan siang ditempat kami makan semalam.

Ada cerita menarik soal nasi bungkus ini, jadi semalam sewaktu kami sedang mencari tempat makan, kami melewati sebuah rumah makan sederhana yang sangat ramai, biasanya kalau ramai pengunjung pasti masakannya enak pikir saya. Waaah asumsi saya ternyata benar, warung makan yang di kelola oleh seorang ibu warga asli gili trawangan ini memang bisa di acungin jempol rasa masakan rumahnya dan segi hargapun warung sederhana ini mematok harga sangat bagus untuk wisatawan yang memiliki budget terbatas, karena itu saya langsung mendapat ide untuk memesan saja nasi bungkus sebagai bekal makan siang pada tour kami esok hari, karena menurut informasi yang di dapat, pada saat makan siang, kami sedang berada di gili air dan tidak ada makanan yang di rekomendasikan. Berbekal 4 bungkus nasi dan 4 botol aqua besar saya langsung meluncur ke dermaga kayangan dengan sepeda, bergabung dengan Ichil, Yan, Harry dan Panjul.

Sampai di dermaga Kayangan, peserta tour sudah lengkap dan hampir seluruhnya adalah turis asing kecuali kami ber empat. Sebelum berangkat peserta tour mengepas peralatan snorkeling yang di sediakan, setelah mengembalikan sepeda pada panjul, saya segera bergabung dengan rombongan. Kami di beri pengarahan apa yang akan kami lakukan selama tour nanti, ada tiga titik tempat snorkling yang akan kami sambangi selama tour.

Jam 10 pagi kami siap berangkat dengan menggunakan kapal jenis glass bottom, kenapa disebut glass bottom boat karena pada dasar kapal terdapat kaca tebal tembus pandang yang di gunakan untuk melihat keindahan laut, hal ini digunakan peserta tour yang tidak ingin melakukan snorkeling. Kapal ini cukup besar mampu menampung sekitar 30 penumpang. Pagi ini cuaca sangat bersahabat dengan kami, sinar matahari bersinar terik, langit nampak biru, begitu juga dengan ombaknya yang cenderung tenang, sangat cocok untuk bermain air di laut. Rasanya tidak sabar mengikuti petualangan bawah laut hari ini.

Untuk tempat snorkling pembuka, kami mendatangi gili meno, boat tidak boleh melepaskan jangkar nya, sehingga instruktur snorkeling menginstruksikan peserta tour yang ingin snorkeling untuk turun ke air dan mengikuti arah kapal. Saya, dan peserta tour lainnya langsung meloncat turun dari dari boat, kami sudah berharap akan di suguhi pemandangan bawah laut yang indah, tapi kami langsung kecewa karena pemandanan bawah laut di gili meno tidak terlalu indah, mungkin karena kurang dekat dengan bibir pantai dan jarak antara bawah laut masih terlalu jauh. Setelah berenang 15 menit mencari-cari pemandangan indah, akhirnya satu persatu kami naik lagi ke boat, banyak turis asing yang perotes kenapa di turunkan di sopt yang tidak bagus.

Pada spot kedua dipertangahan antara gili meno dan gili air kami seperti tersihir oleh pemandangan bawah laut nya, begitu kami menceburkan diri ke dalam laut sekawanan kura-kura seakan menyambut kedatangan kami, sangat menakjubkan melihat kaki-kai pendeknya di gunakan untuk berenang, mereka seperti menari-nari di dalam air, bahkan banyak dari turis asing menangkap kura-kura untuk sekedar membelai dan bermain. Sungguh sebuah pengalaman yang tidak terlupakan berenang di antara kura-kura itu, mengingatkan saya akan film finding nemo.

Setelah berenang selama satu jam perjalanan di lanjutkan kembali menuju tempat penyelaman terakhir, matahari makin terik, banyak turis-turis berbikini berjemur di anjungan kapal sekedar menghabiskan waktu menunggu pemberhentian spot terakhir. Saya menghabiskan waktu dengan menikmati lautan lepas dan sesekali bercakap-cakap dengan peserta tour dan awak kapal.

Akhirnya sampai juga kami di spot terakhir, pemandangan bawah laut di sekitar gili air sangat memukau, tumbuhan bawah laut yang berfariasi jenisnya menghampar luas, karang yang beraneka bentuk dan beraneka warna tampak menari-nari, semua habitat laut tersebut masih dalam kondisi yang baik, jenis ikan hias nya juga cukup banyak begitu juga dengan jenis hewan laut lainnya, inilah yang di namakan taman laut, apalagi ketika instruktur snorkeling nya sengaja memberi makan ikan-ikan itu, beribu-ribu ikan warna-warni langsung menghampiri dan menyerbu, menakjubkan.

Setelah puas bermain, kami kembali menaiki kapal untuk melanjutkan perjalanan ke gili air untuk istirahat dan makan siang. Pakaian renang yang lembab di tambah angin sepoy-sepoy yang menerpa membuat perut saya terasa lapar sekali. Pukul dua siang boat kami melapas jangkar di tepi gili trawangan. Kami semua langsung menyerbu satu-satu nya restoran yang lumayan besar di sana. Resotran ini pas sekali di pinggir pantai, kami memilih satu balai-balai yang disedikan dan langsung membuka bekal makan siang.

Menu makan siang kami adalah : ikan tuna bakar, tumis buncis, keripik tempe dan sambal mentah. Untung saja kami membawa nasi bungkus, karena waktu melihat daftar menu restoran, menu yang tersedia hanya seputar nasi goreng dan mie goreng saja, saya jadi merasa kalau makan siang kami ber empat paling mewah di antara semua peserta tour hihihihi…pantas saja selama kami makan banyak yang melirik iri ke meja kami dengan muka ngiler *gr modeon*.

Makan siang kami bener-bener sukses, tuna bakar nya empuk dengan serapan bumbu yang sempurna, untuk sambal, pedas nya juaraa. Begitu juga dengan tumis buncis dan keripik tempenya, nikmat sekali. Kebayangkan gimana asyiknya kami menikmati makan siang ?? makanan enak, pemandangan luat yang indah dan sentuhan angin laut yang sesekali datang manghampiri.

Kami di beri waktu 2 jam untuk beristirahat di gili air. Waktu yang cukup lama itu kami pergunakan untuk berkeliling, sebenar nya pemandangan di gili air ini tidak kalah memukau dibandingkan dengan gili trawangan, akan tetapi kondisi penginapan yang kurang memadai, kurang nya fasilitas yang di butuhkan para wisatawan, menjadikan pulau ini sepi sekali. Padahal gili air ini adalah gili yang paling besar di antara ketiga gili dan satu-satu nya gili yang mempunyai kandungan air tawar, itulah sebabnya di beri nama Gili air.

Kini saat nya kami meninggalkan gili air, kembali menuju gili trawangan, sinar matahari tidak seganas siang tadi, walaupun langit masih cerah, angin sudah semakin kencang dan ombak juga lumayan besar. Saya kembali deg-degan, semakin dekat ke gili trawangan ombak semakin besar, ketiga teman saya bukannya takut malah asik teriak-teriak kegirangan setiap kali ada ombak besar yang menghantam kapal, mungkin mereka lupa kalau sekarang ini bukan sedang main arung jeram di dufan, tapi sedang berada di lautan lepas di selat Lombok.

Tiba-tiba mereka terdiam dan pucat pasi ketika sebuah ombak sangat besar menabrak kapal, megakibatkan kapal oleng dan hampir terbalik, Satu kapal tampak tegang dan kami makin pucat ketika peserta tour yang paling besar badannya tiba-tiba terguling ketengah boat dan menimpa glass bottom, apa jadi nya jika kaca tembus pandang itu pecah ? pasti boat kami karam. Untung saja kaca nya cukup tebal. Cobaan tidak berhenti sampai di sana, karena ombak besar pecah di dermaga tempat kami akan merapat, maka kami tidak bisa masuk ke dermaga, jadilah kami untuk beberapa lama harus terombang-ambing di mainkan oleh ombak, menunggu kondisi yang memungkinkan kami untuk merapat.

Bersambung ke Semarak malam di Gili...

Tuesday, March 04, 2008

Lombok Hari Pertama : Gili Trawangan

Karena masih ada waktu sembari menunggu, sinyoe mengajak kami mampir ke kantor nya yang kebetulan terletak di Senggigi. Sinyoe bekerja sebagai architec and designer associate. Industri pariwisata yang sedang berkembang di Lombok, di tambah dengan latar belakang sekolah seni yang dia miliki, membuat perusahaan jasa architec & design interior yang dia dirikan berkembang, menjadikan dia pengusaha muda yang sukses. Kantor Sinyoe menempati sebuah ruko sederhana tapi artistik di pinggiran pantai senggigi membuat nyaman dan sangat menyenangkan. Celana pendek dan kaos pantai adalah seragam wajib kantornya serta tsebagai pembunuh rasa jenuh yang kadang datang biasanya dia dan para staf nya memanjakan mata dipantai senggigi atau berenang di laut, hmmmmm sedikit membuat iri juga dibandingkan dengan keseharian saya tiap hari ke kantor harus berjuang melawan macet serta pantolan dan kemeja dalam keseharian, hidup dia sempurna sekali. Di kantornya kami di suguhi kopi Lombok dan buah mangga madu yang terkenal di Lombok.

Setelah menjemput Yan ke bandara, masih di temani oleh sinyoe, kami menuju desa Taliwang untuk makan siang. Kali ini sinyoe mentraktir kami di Rumah makan Lesehan Taliwang Irama. Menu yang kita pesan siang ini adalah ayam bakar taliwang dengan 2 jenis sambal nya, pelecing kangkung, tahu goreng
dari Lombok, ikan bakar dan sebagai pelepas dahaga kita pesan es madu Sumbawa dengan jeruk nipis.
Untuk semua masakan yang di pesan, kelezatannya tidak perlu di ragukan lagi, karena memang dari desa ini lah ayam taliwang yang terkenal itu berasal, begitu juga dengan pelecing kangkung nya.

Pulau lombok memang di anugrahi dengan hasil kangkung yang bagus, kangkungnya besar- besar,berbeda dengan sayur kangkung dari daerah lain pada umumnya, sehingga hanya dengan di beri
cabe,bawang,tomat dan terasi saja rasanya sudah enak sekali. Entah karena lapar atau memang rakus, saya langsung menghabiskan 3 piring pelecing kangkung sekaligus. Tapi yang paling istimewa dari rumah makan ini adalah tahu goreng nya, dari penampakannya tahu goreng ini memang tidak istimewa, tapi setelah di coba, pada gigitan pertama tekstur tahu sudah terasa lembut menjadikanya berbeda dengan tahu yang biasa saya konsumsi di Jakarta hmmmmm ennaaaaks. Jadi selain kangkungnya yang enak, lombok juga punya tahu enak. Wajib di coba deh jika mampir ke restoran ini.

Dari Restoran taliwang irama, kami di antar kembali ke senggigi oleh Sinyoe, Rencana nya kami akan langsung menyebrang ke Gili Trawangan dari pantai Senggigi, untuk itu kami menyewa sebuah kapal nelayan, dengan tariff Rp.175.000. Sebenarnya untuk menuju ke gili trawangan tidak harus menyewa
perahu sendiri tapi dapat menggunakan perahu umum yang di gunakan penduduk dengan tarif Rp.12.000 dari pelabuhan Bangsal yang jaraknya kira-kira 15 km dari pantai Senggigi. Kami memilih menyewa perahu sendiri dengan alasan hari sudah sore dan kami juga ingin merasakan sensasi menyusuri pantai senggigi dengan perahu layar.

Tapi ternyata pilihan kami untuk menyebrang di sore hari adalah keputusan yang salah, karena semakin sore ombak semakin besar. Perahu yang kami sewa terombang-ambing di buai ombak yang nakal dan sesekali ombak besar menghantam perahu, membuat saya tidak bisa menikmati pemandangan indah
sepanjang pesisir pantai senggigi. Di Tambah dengan tidak ada nya pelampung di kapal itu, membuat perjalanan sore ini tarasa lama sekali buat saya.

Ternyata kepanikan itu hanya saya sendiri saja yang merasakannya, karena ditengah hantaman ombak itu saya mendengar Yan masih sibuk bertelepon ria mengatur jadwal acara pada salah satu stasiun tv tempat dia bekerja sebagai programming tv. Harry dan Ichil sibuk mengabadikan objek indah dengan
kamera nya masing-masing. Sedangkan saya, sibuk berdoa semoga selamat sampai di gili Trawangan.

Akhirnya perjalanan dag dig dug selama satu jam itu berakhir juga, rasa takut saya sedikit hilang ketika saya sudah melihat penampakan gili trawangan di kejauhan dan rasa takut selama satu jam terbayar ketika saya melihat matahari terbenam tepat di balik gili terawangan, bagaikan ucapan selamat datang buat saya.

Menurut buku Lonely Planet edisi Indonesia yang saya baca, trio gili : Meno , air dan trawangan adalah tiga pulau yang wajib di kunjungi jika datang ke pulau Lombok, dengan alasan : pasir putih, laut biru, pemandangan bawah laut dan akomodasi yang murah, di tulis juga dalam buku itu ,trio gili seperti surga bagi pelancong dengan budget pas-pas an. Mungkin untuk beberapa tahun yang lalu statmen itu ada benar nya, tapi sekarang sudah banyak vila dan hotel mahal di Gili Trawangan.

Dan masing-masing gili itu mempunyai karasteristik nya masing-masing, jika ingin menyepi sambil menikmati pemandangan laut yang menakjubkan, gili Meno yang cocok, di antara ketiga gili ini, gili meno memang yang paling sepi, hanya ada beberapa cottage disana. Jika ingin puas menikmati indah nya pasir putih dan hamparan terumbu karang, pilih lah gili air, walau tidak se sepi gili meno tapi fasilitas umum di gili air masih kurang. Dan untuk gili trawangan, gili ini mendapat sebutan party island, karena terdapat banyak café and bar, hotel juga pub-pub yang bertebaran di gili trawangan.

Diantara ketiga gili itu kami memilih menginap di gili terawangan, dengan pertimbangan fasilitas nya yang sudah lengkap dan lagi pula kami juga akan mengikuti tour tiga gili besok hari nya. Setelah boat yang kami sewa merapat di dermaga kayangan, kami menuju hotel dengan menggunakan jasa cidomo karena tidak ada kendaraan bermotor di gili ini, untuk keperluan transportasi masyarakat dan wisatawan menggunakan sepeda atau cidomo.

Selama di gili trawangan, kami di jamu oleh sahabat saya Topan untuk menginap di cottage nya, nama cottagenya Matahari In. Setelah check in dan berkenalan dengan pengurus cottage yang akan membantu kami selama di Gili trawangan, kami langsung menuju ke pantai, walaupun matahari sudah tenggelam Yan dan Ichil tetap ngotot mau berenang, tidak kuat melihat biru nya laut. Harry memilih untuk bermain dengan kamera nya, sedangkan saya, puas memandang cowok-cowok bule berenang dengan latar belakang temarang senja.

Untuk makan malan nya, mungkin karena terlalu banyak makan di Rumah makan Lesehan Taliwang Irama perut kami masih terasa penuh, akhirnya kami memilih menu mie goreng saja untuk makan malam, di tambah badan yang sudah capek sekali, setelah keliling sebentar melihat kehidupan malam di gili trawangan, kami memutuskan untuk tidur cepat. Masih ada besok malam untuk menikmati seru nya kehidupan malam di gili trawangan, jadwal padat menunggu kami besok hari…

Bersambung ke cerita pesona tiga gili dan semarak malam di gili....

Lombok Hari Pertama : Lombok, Here We come

Tulisan ini adalah sisa cerita perjalanan saya ke Bali Lombok bulan November 2007 lalu.

Lombok Hari Pertama : Lombok, Here We come

Matahari pagi nampaknya masih masih malu-malu keluar dari peraduan, waktu saya dan ichil check out dari Nikko Hotel Nusa Dua Bali. Meninggalkan Euis yang masih akan meneruskan liburannya di tanah dewata. Pagi ini saya dan Ichil melanjutkan liburan ke Lombok, setelah tiga hari menghabiskan waktu di Bali. Masih menggunakan mobil cateran selama di Bali, Kami berdua meluncur menuju Bandara Ngurahrai. Menurut jadwal, pesawat Trigana air yang akan membawa kami ke Lombok akan berangkat pukul 08:00 WITA. karena masih pagi tanpa harus terburu-buru, ichil bisa santai mengendarai mobil sehingga dalam perjalanan menuju bandara kami masih bisa menikmati suasana pagi di Bali

Sesampainya di bandara, setelah menyelesaikan urusan sewa mobil, kami langsung mencari teman kami Harry yang menyusul dari Jakarta untuk bergabung liburan ke Lombok, seharusnya ada 1 teman lagi yang join di penerbangan Bali-Lombok ini, tapi Yan terkena korban keganasan macetnya jakarta, jadi semalam dia tidak berhasil sampai tepat waktu di bandara soekarno hatta, sehingga dia tidak bisa sampai di Bali bersama Harry, jadilah dia langsung menyusul kami menggunakan pesawat berikutnya di Mataram siang nanti.

Ada sedikit cerita menarik, pesawat yang kami tumpangi adalah pesawat kecil yang menggunakan baling-baling, sehingga berat seluruh bawaan dan penunpang harus diperhitungkan dengan teliti, saking telitinya, kami para penumpang ketika melakukan check in harus di timbang berat badan menyusul berat barang bawaan. Sedikit mengagetkan buat saya, akhirnya dengan malu-malu saya dan ichil menaiki alat timbang, takut gak boleh naek pesawat, karena kuliner di bali yang gila-gila an mengakibatkan berat badan kami naik drastis, fiuh... untung berat badan kami masih memungkinkan kami naik kedalam pesawat dan untung nya lagi mbak-mbak pramugari tidak teriak-teriak meninformasikan berat badan kami dengan microphone ke seantero bandara.

Pemandangan dari atas pesawat sungguh menakjubkan, mungkin karena jarak Denpasar- Mataram yang dekat maka pesawat cukup terbang rendah saja, sehingga saya bisa melihat hamparan biru Selat Lombok dari dekat di antara gumpalan awan. Dari atas pesawat Selat Lombok terlihat sangat biru, hal ini mungkin karena pengaruh kedalaman nya, menurut Iwan gayo dari buku pintar senior, selat lombok ini adalah selat terdalam dunia, itu yang menjelaskan mengapa bentuk pulau lombok jika dilihat dari bawah laut tampak seperti piramid terbalik, mengerucut kebawah, berbeda dengan pulau-pulau lain pada umum nya. Jarak tempuh 45 menit jadi tidak terasa, terpukau oleh pemandangan di luar yang indah. Langit biru yang cerah, pulau-pulau kecil yang tersebar dan puncak gunung agung yang perkasa, sayang pagi itu saya tidak melihat puncak gunung Rinjani, karena terhalang kabut. Pagi yang sempurna.

Sesampainya di Bandara Selaparang Ampenan, saya sudah di jemput oleh sahabat saya Ayoeb “sinyoe” Lumintang, tujuan pertama kami adalah sarapan pagi dengan menu sop buntut di Cakra Negara, menu sarapan yang tidak biasa memang, tapi saya benar-benar tidak kuasa menolak waktu sinyoe bercerita bagaimana lezat nya sop buntut ini. Dari Ampenan kami meluncur kearah cakra negara. Kota Mataram tidak banyak berubah dari terakhir saya kesana empat belas tahun yang lalu, kecuali jalan utama nya yang semakin lebar, kendaraan yang semakin banyak, pembangunan gedung tidak banyak terlihat, cidomo (cikar dokar mobil) juga masih banyak lalu lalang, dan pohon-pohon besar sepanjang jalan pejanggik masih berdiri rindang, membuat teduh pejalan kaki, hmmm jalan penuh kenangan.

ISTANA RASA, itu nama restoran sop buntut yang kami datangi. Sebuah restoran sederhana di perkampungan Bali di cakra, restoran dengan menu utama sop buntut ini sudah terlihat ramai walau hari masih menunjukan pukul 10 pagi. Wah ternyata sarapan pagi dengan menu sop buntut bukan hal luar biasa bagi orang Lombok. Satu mangkok sop panas yang berisi 3 buah gelondongan besar buntut di sajikan dengan setengah porsi nasi hangat di tambah taburan bawang goreng, sambal juga jeruk limo. Berbeda dengan sop buntut pada umum nya yang berkuah bening, sop buntut di istana rasa ini kuah nya lebih keruh dengan rasa kaldu dan rempah yang menyatu dengan pas, membuat lidah saya berdecak kagum, buntut nya sendiri terasa empuk,menyisakan rasa lezat sampai pada gigitan terakhir. Saya tidak menemukan tambahan lain seperti wortel dan kentang dalam sop buntut ini, mungkin si daging buntut yang berselimut lemak ini sudah percaya diri tampil sendiri. Tidak salah memang pujian di berikan untuk Sop Buntut Istana Rasa ini.

Dengan hati senang karena perut kenyang kami jadi bersemangat sekali pagi ini, tujuan berikut nya adalah Senggigi, rencana semula setelah mendarat di selaparang kami akan langsung menyebrang ke gili trawangan, tapi berhubung Yan ketinggalan pesawat, rencana jadi sedikit berubah, Kami harus menunggu Yan yang baru datang dari Jakarta jam satu siang nanti.

Untuk mengisi waktu, sinyoe mengantar kami menikmati pantai Senggigi dan pura batu bolong nya. Pura Batu bolong adalah sebuah pura hindu yang terletak tepat di atas karang tepat di pinggir pantai senggigi, di sebut batu bolong mungkin karena terdapat karang yang bolong di pura ini. Mata saya di manjakan oleh pemandangan laut lepas dari pura ini, dan saya juga sempat menyaksikan upacara sembahyang umat hindu yang sedang berlangsung, bunga kamboja dalam sesajen, wangi dupa dan bunyi lonceng oleh pedande, saya merasakan suasana khusyuk menyergap . Dari Pura Batu bolong kami menuju pantai Senggigi, Senggigi masih tetap mempesona dengan pesona pasir putih dan air laut nya yang biru dan bening, rasanya tidak tahan untuk tidak nyebur, bergabung dengan anak-anak kecil yang sedang bermain bersama ombak, tapi saya harus sabar, pemandangan laut yang juga indah di gili trawangan menanti saya di sebrang pulau.

Bersambung......