Karena masih ada waktu sembari menunggu, sinyoe mengajak kami mampir ke kantor nya yang kebetulan terletak di Senggigi. Sinyoe bekerja sebagai architec and designer associate. Industri pariwisata yang sedang berkembang di Lombok, di tambah dengan latar belakang sekolah seni yang dia miliki, membuat perusahaan jasa architec & design interior yang dia dirikan berkembang, menjadikan dia pengusaha muda yang sukses. Kantor Sinyoe menempati sebuah ruko sederhana tapi artistik di pinggiran pantai senggigi membuat nyaman dan sangat menyenangkan. Celana pendek dan kaos pantai adalah seragam wajib kantornya serta tsebagai pembunuh rasa jenuh yang kadang datang biasanya dia dan para staf nya memanjakan mata dipantai senggigi atau berenang di laut, hmmmmm sedikit membuat iri juga dibandingkan dengan keseharian saya tiap hari ke kantor harus berjuang melawan macet serta pantolan dan kemeja dalam keseharian, hidup dia sempurna sekali. Di kantornya kami di suguhi kopi Lombok dan buah mangga madu yang terkenal di Lombok.
Setelah menjemput Yan ke bandara, masih di temani oleh sinyoe, kami menuju desa Taliwang untuk makan siang. Kali ini sinyoe mentraktir kami di Rumah makan Lesehan Taliwang Irama. Menu yang kita pesan siang ini adalah ayam bakar taliwang dengan 2 jenis sambal nya, pelecing kangkung, tahu goreng
dari Lombok, ikan bakar dan sebagai pelepas dahaga kita pesan es madu Sumbawa dengan jeruk nipis.
Untuk semua masakan yang di pesan, kelezatannya tidak perlu di ragukan lagi, karena memang dari desa ini lah ayam taliwang yang terkenal itu berasal, begitu juga dengan pelecing kangkung nya.
Pulau lombok memang di anugrahi dengan hasil kangkung yang bagus, kangkungnya besar- besar,berbeda dengan sayur kangkung dari daerah lain pada umumnya, sehingga hanya dengan di beri
cabe,bawang,tomat dan terasi saja rasanya sudah enak sekali. Entah karena lapar atau memang rakus, saya langsung menghabiskan 3 piring pelecing kangkung sekaligus. Tapi yang paling istimewa dari rumah makan ini adalah tahu goreng nya, dari penampakannya tahu goreng ini memang tidak istimewa, tapi setelah di coba, pada gigitan pertama tekstur tahu sudah terasa lembut menjadikanya berbeda dengan tahu yang biasa saya konsumsi di Jakarta hmmmmm ennaaaaks. Jadi selain kangkungnya yang enak, lombok juga punya tahu enak. Wajib di coba deh jika mampir ke restoran ini.
Dari Restoran taliwang irama, kami di antar kembali ke senggigi oleh Sinyoe, Rencana nya kami akan langsung menyebrang ke Gili Trawangan dari pantai Senggigi, untuk itu kami menyewa sebuah kapal nelayan, dengan tariff Rp.175.000. Sebenarnya untuk menuju ke gili trawangan tidak harus menyewa
perahu sendiri tapi dapat menggunakan perahu umum yang di gunakan penduduk dengan tarif Rp.12.000 dari pelabuhan Bangsal yang jaraknya kira-kira 15 km dari pantai Senggigi. Kami memilih menyewa perahu sendiri dengan alasan hari sudah sore dan kami juga ingin merasakan sensasi menyusuri pantai senggigi dengan perahu layar.
Tapi ternyata pilihan kami untuk menyebrang di sore hari adalah keputusan yang salah, karena semakin sore ombak semakin besar. Perahu yang kami sewa terombang-ambing di buai ombak yang nakal dan sesekali ombak besar menghantam perahu, membuat saya tidak bisa menikmati pemandangan indah
sepanjang pesisir pantai senggigi. Di Tambah dengan tidak ada nya pelampung di kapal itu, membuat perjalanan sore ini tarasa lama sekali buat saya.
Ternyata kepanikan itu hanya saya sendiri saja yang merasakannya, karena ditengah hantaman ombak itu saya mendengar Yan masih sibuk bertelepon ria mengatur jadwal acara pada salah satu stasiun tv tempat dia bekerja sebagai programming tv. Harry dan Ichil sibuk mengabadikan objek indah dengan
kamera nya masing-masing. Sedangkan saya, sibuk berdoa semoga selamat sampai di gili Trawangan.
Akhirnya perjalanan dag dig dug selama satu jam itu berakhir juga, rasa takut saya sedikit hilang ketika saya sudah melihat penampakan gili trawangan di kejauhan dan rasa takut selama satu jam terbayar ketika saya melihat matahari terbenam tepat di balik gili terawangan, bagaikan ucapan selamat datang buat saya.
Menurut buku Lonely Planet edisi Indonesia yang saya baca, trio gili : Meno , air dan trawangan adalah tiga pulau yang wajib di kunjungi jika datang ke pulau Lombok, dengan alasan : pasir putih, laut biru, pemandangan bawah laut dan akomodasi yang murah, di tulis juga dalam buku itu ,trio gili seperti surga bagi pelancong dengan budget pas-pas an. Mungkin untuk beberapa tahun yang lalu statmen itu ada benar nya, tapi sekarang sudah banyak vila dan hotel mahal di Gili Trawangan.
Dan masing-masing gili itu mempunyai karasteristik nya masing-masing, jika ingin menyepi sambil menikmati pemandangan laut yang menakjubkan, gili Meno yang cocok, di antara ketiga gili ini, gili meno memang yang paling sepi, hanya ada beberapa cottage disana. Jika ingin puas menikmati indah nya pasir putih dan hamparan terumbu karang, pilih lah gili air, walau tidak se sepi gili meno tapi fasilitas umum di gili air masih kurang. Dan untuk gili trawangan, gili ini mendapat sebutan party island, karena terdapat banyak café and bar, hotel juga pub-pub yang bertebaran di gili trawangan.
Diantara ketiga gili itu kami memilih menginap di gili terawangan, dengan pertimbangan fasilitas nya yang sudah lengkap dan lagi pula kami juga akan mengikuti tour tiga gili besok hari nya. Setelah boat yang kami sewa merapat di dermaga kayangan, kami menuju hotel dengan menggunakan jasa cidomo karena tidak ada kendaraan bermotor di gili ini, untuk keperluan transportasi masyarakat dan wisatawan menggunakan sepeda atau cidomo.
Selama di gili trawangan, kami di jamu oleh sahabat saya Topan untuk menginap di cottage nya, nama cottagenya Matahari In. Setelah check in dan berkenalan dengan pengurus cottage yang akan membantu kami selama di Gili trawangan, kami langsung menuju ke pantai, walaupun matahari sudah tenggelam Yan dan Ichil tetap ngotot mau berenang, tidak kuat melihat biru nya laut. Harry memilih untuk bermain dengan kamera nya, sedangkan saya, puas memandang cowok-cowok bule berenang dengan latar belakang temarang senja.
Untuk makan malan nya, mungkin karena terlalu banyak makan di Rumah makan Lesehan Taliwang Irama perut kami masih terasa penuh, akhirnya kami memilih menu mie goreng saja untuk makan malam, di tambah badan yang sudah capek sekali, setelah keliling sebentar melihat kehidupan malam di gili trawangan, kami memutuskan untuk tidur cepat. Masih ada besok malam untuk menikmati seru nya kehidupan malam di gili trawangan, jadwal padat menunggu kami besok hari…
Bersambung ke cerita pesona tiga gili dan semarak malam di gili....