<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d10868920\x26blogName\x3dFebi\x27s+Journal\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://jurnal-febi.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://jurnal-febi.blogspot.com/\x26vt\x3d-3357453960751995629', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

Thursday, May 04, 2006

Kubikus Dalam Genggaman

Diam….
Sepi….
Sesak……..
Gelap…..
Dingin……..
Kubik itu hanya menyisakan kepulan asap rokok yang meyesak kan

Terang sinar tampak menyeruak
Suara panggilan terus bergema memekak kan gendang telinga
Memanggil…. dan terus memanggil….
Sampai membuatku bangkit untuk keluar dari kubik ini

Tersesat… aku tersesat….
Namun, sebuah uluran tangan siap menggapai
Aku mendekat.. semakin dekat..tak ragu kuraihnya…
Uhmm… sebuah genggaman…
Terasa hangat…
Tenang….
Damai….
Inilah ketenangan yang kucari????

Sebuah genggaman itu mulai menuntunku…
Erat…
Perpindahan kosmosis mulai terasa…
Bebanku mulai terasa berkurang…
Aahh… indahnya… rasanya sudah letih memikul ini semua sendiri
Tak ada suara diantaranya…. Diam..Bisu..namun Hangat...Damai….

Genggaman yang erat memusnahkan segala dialog dari semua lakon
Tenang…. Diam….Damai…
Gengaman dapat lebih bercakap dari semua percakapan paling modern sekalipun

Sebuah arti pengetian….
Sebuah arti cinta (walau tak perlu tau artinya)
Sebuah arti kepercayaan…
Sebuah rasa penyeimbang…
Sebuah rasa saling memiliki….
Sebuah rasa marah…
Sebuah rasa bingung…
Sebuah rasa bimbang…

Tapi …..
Apa itu sinar yang ku cari tadi???
Apa itu suara ku dengar tadi??
Aaaah… masa bodoh lah dengan semua itu..
Dalam kubikus inipun saya masih dapat menikmatinya…
Walau hanya dengan sebuah genggaman tangan…
Tapi hanya damai… cinta dan ketenangan yang kurasa…
Inilah yang kucari….

Jkt, May 4, 2006

Love will keep us in beautiful journey

*Poem ini di buat oleh seorang sahabat, jawaban atas sebuah tantangan yang gue berikan*

Monday, May 01, 2006

Berita Duka Di Minggu Pagi

Berita duka itu gue terima di hari Minggu pagi kamarin, seorang temen mengirimkan gue sms yang isi nya mengabarkan kalau Pramoedya Ananta Toer telah miniggal pagi ini. Innalillahi wainalillahirojiun. TERLAMBAT, kata itu langsung terlontar dalam benak gue, karena rencana nya di hari minggu kemarin gue akan berkunjung ke kediaman Pramoedya di Bojong Gede, Bogor. Rencana yang udah gak sabar gue tunggu-tunggu dari seminggu sebelum nya, berkunjung ke rumah seorang pengarang yang sangat gue kagumi karya-karya nya. Buku Terakhir Pramoedya yang berjudul “Saya terbakar amarah sendiri” punya gue yang lagi di pinjem temen langsung gue minta, dengan harapan di buku itu nanti gue akan melihat tanda tangan Beliau. “ Jam dua siang yah Feb di Stasiun UI, kamu bawa buah-buahan atau kue, beliau kan sedang sakit” Begitu konfirmasi terakhir gue buat acara di hari minggu. Tatapi di hari kamis gue mendengar kabar kalau kondisi Pramoedya buruk dan harus di larikan ke Rs St. carollus. Kecewa sih, tapi gue berdoa untuk kesembuhan beliau dan masih berharap untuk bisa mengunjungi beliau, sampai akhirnya gue terima berita duka itu di hari minggu pagi. TERLAMBAT.

Perkenalan gue dengan karya-karya Pramoedya Ananta Toer terjadi pada saat gue SMA, waktu membaca buku pertama dari Tetralogi nya yang berjudul “Bumi manusia”, Gue langsung terpesona dengan kisah di buku itu, sampai akhirnya ke tiga buku lanjutannya yaitu Anak Manusia, Jejak langkah dan Rumah kaca, juga habis gue baca, di mulai lah ke kaguman gue dengan penulis yang di lahirkan di Blora, Jawa Tengah pada 2 Februari 1925, yang hampir separuh hidup nya beliau habiskan sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan di Pulau Nusakambangan, Pulau Buru dan di Magelang.

Membaca Karya-karya Pramoedya bagaikan belajar sejarah bangsa ini melalui sebuah kisah. Pelajaran sejarah yang di berikan di sekolah gue dulu menurut gue masih kurang untuk memperkenalkan bangsa ini, semua hanya teori-teori yang membosankan yang mudah terlupkan, tetapi dengan mengukuti cerita-cerita dalam buku-buku nya Pramoedya gue seolah-olah di ajak untuk ikut serta mengalami sendiri penggalan sejarah itu. Melalui tokoh Minkeh dan Nyai Ontosoroh di buku tetralogi nya gue di ajak ke masa awal peradaban di negeri ini, merasakan sebagai rakyat yang sedang terjajah, merasakan setting bangsa ini pada saat itu. Melalui Buku nya Gadis Pantai, gue di ajak merasakan kepahitan hidup sebagai perempuan yang menjadi selir seorang priyayi dalam kebudayaan Jawa, Atau di buku nya Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer, gue di perkenal kan dengan kenyataan bahwa ada banyak perempuan yang menjadi pemuas nafsu tentara jepang pada masa penjajahan jepang dulu yang hidupnya sangat menggenaskan dan masih di buku yang sama gue di ajak ke Pulau buru untuk merasakan sebagai tawanan yang terbuang yang di perlakukan dengan sangat tidak manusiawi oleh pemerintah di awal orde baru.

Pramoedya adalah seorang yang jenius, ada banyak buku-buku nya yang dibuat pada saat beliau menjadi tahanan politik di tanah buangan, penderitaan yang beliau terima tidak melumpuhkan otak nya untuk terus berkarya, menyuarakan kepada dunia luar hitam putih keadaan bangsa, dan beliau juga seorang yang pemberani. Sampai di buku terakhir beliau yang berjudul : Saya terbakar amarah sendirian !, gue sebagai yang mengaku angkatan muda yang selalu perotes terhadap negri ini , merasa tersindir ketika membaca pernyataan beliau di halaman 114 : ketika menjawab pertanyaan Andre Vitchek, wartawan politik dari Amerika, Apa yang bisa mengubah situasi bangsa ini ?? dan jawaban Pram : Hanya angkatan muda yang dapat menjawab pertanyaan ini, bukan saya. …….sejakat tahun 1915 sejarah Indonesia dibuat oleh angkatan muda. ……harus ada gerakan angkatan muda, tapi saya melihat banyak dari mereka yang malah bisanya pergi ke bank, cari kredit sepeda motor dan ngojek. Buat mereka bukan hal penting kalau mereka tidak berproduksi atau merubah situasi yang mereka inginkan hanya keluyuran……

Kini Sastrawan itu telah pergi untuk selama nya, dalam usia 80 tahun, Minggu, 30 april 2006. Semoga semangat dan karyanya selalu mengilhami kita. Dalam buku Saya terbakar amarah sendirian, halaman 42 :Sampai sekarang, setiap malam mimpi saya selalu buruk. Saya akan sangat senang kalau semalam saja saya tidak mimpi buruk. Mimpi buruk ini bisa dalam berbagai bentuk. Kadang saya sedang di uber-uber militer, kadang saya sedang di aniaya. Bentuk mimpi yang tidak terlalu buruk adalah dalam bentuk kerja paksa. Tapi semua ini tidak pernah hilang. Semoga mimpi-mimpi buruk itu berakhir di dalam tidur panjang nya…..