"Selamat hari ibu ya Mah, Terimakasih udah menjadi mama yang baek buat Febi " Sebuah pesan singkat yang saya kirim untuk mama tercinta di hari ibu kemarin. Tidak lama waktu berselang " Itu sudah menjadi kewajiban mama sebagai orang tua, buat mama apa yang terbaik buat Febi, apa pun", pesan singkat tadi terbalas dengan manis nya, membuat pagi hari kemarin terasa lebih hangat buat saya. Itu lah mama, seorang ibu rumah tangga sederhana yang selalu memberi semua kasih sayang dan pengertian nya untuk keluarga. Dengan kasih sayang nya yang sangat besar membuat hari-hari kami sekeluarga menjadi lebih mudah, Ibu adalah idola kami sekeluarga. Rasa nya akan butuh berlembar-lemar kertas untuk bercerita tentang ibu ya ? tapi kali ini saya akan bercerita tentang profesi ibu sebagai super chef, bukan untuk hotel berbintang lima tetapi super chef bagi kami sekeluarga.
Mama adalah anak perempuan pertama di keluarga nya, yang berasal dari sumatra barat, dari kecil mama harus membantu nenek nya untuk mengurusi adek-adek nya yang berjumlah 7 orang. Karena sang ibu *nenek saya* harus menemani kakek yang tugas di lain daerah. Karena mendapat gembelangan langsung dari sang nenek, mama jadi terbiasa memasak. Menu-menu nya sudah pasti masakan ala sumatra barat, dari gulai, rendang, sampai sambal lado cabai hijau, asam padeh ikan atau daging. Ada beberapa menu makanan padang yang gak pernah saya temui di rumah makan padang mana pun, seperti sambal lado tanak namanya, sambal lado yang terbuat dari air beras yang sudah mendidih *Air tajin* , di campur gilingan cabai dan bumbu lainnya *saya harus tanya mama dulu untuk lengkap nya* di tambah kan Ebi dan irisan daun kucai rasa nya segar seperti sop pedas. Atau rendang ikan teri, ikan teri medan yang besar-besar jika di masak rendang rasa nya gak kalah dengan rendang daging sekali pun malah lebih enak menurut saya. Jika di tanya orang, masakan ibu yang menjadi Favorite kamu apa sih ? saya tidak akan bisa menjawab nya, karena saya pikir semua masakan yang di masak oleh ibu akan menjadi makanan favorite kita bukan ? seperti nya memang benar kata-kata yang berbunyi, selalu ada keajaiban di setiap masakan ibu. Rahasia nya pasti para ibu menggunakan bumbu yang bernama "kasih &cinta" yang over dosis disetiap racikan masakan nya.
"anak perempua itu harus bisa masak, walaupun gak pinter yang penting bisa deh, gimana nanti kalau udah punya suami ? mau makan di restoran terus ??" Kata-kata itu yang mama lontarkan kalau saya dan adek perempuan saya malas membantu mama di dapur. Jadi mama punya prinsip setiap anak perempuan itu harus bisa masak, bisa lho bukan pintar, jadi kalau liat resep masakan gak Gasep *gagap resep*. Oleh karena itu saya dan adek sering dapat todongan untuk menjadi asisten mama masak. Kesal rasanya kalau saya lagi asyik nonton Tv atau sedang hanyut dengan cerita lima sekawan nya Enid Blyton tiba-tiba terdengar teriakan mama dari dapur " Febi, ayo sini bantuin mama masak". Aduuhhhh rasa nya pinging pinjem sapu terbang Harry poter untuk kabur, terbayang di dapur di suruh mengiris bawang sampai air mata bombay keluar, parut kelapa, kalau kita tidak konsentrasi tangan sendiri yang ke parut, teguran mama, "salah Febi, itu bukan asam kandis tapi itu asam jawa, itu bukan jahe tapi itu kunci", yang paling parah kalau di suruh giling cabai, jangan bayangkan giling cabe menggunakan belender, tapi menggunakan cobek ala padang yang batu nya bulat, tangan kecil saya rasanya gak kuat untuk menggiling cabe itu. Kalau saya protes mama biasanya bilang " Gimana nanti kalau dapat mertua orang padang ? di suruh masak tapi giling cabe aja gak bisa, orang padang kalau masak selalu pakai cabe" Biasanya sambil merengut saya ikuti perintah mama tapi dalam hati saya ngedumel " kalau begini caranya, kalau besar nanti saya gak mau punya mertua orang padang " hehehehehe tapi itu dulu, semua itu adalah proses pembelajaran saya menjadi wanita dari mama, sekarang saya sudah bisa mengambil ilmu nya, dan kegiatan masak bareng mama menambah akrab hubungan kami karena sambil masak di selingi dengan acara curhat dan gosip, suasana yang selalu saya rindukan ketika saya tidak tinggal bersama mama lagi.
Karena pekerjaan ayah yang mengharuskan beliau untuk berpindah-pindah menjadikan kami sekeluarga ikut berkeliling menemani ayah, Terhitung 5 propinsi yang sudah kami singgahi. Mama yang hoby masak mengambil keuntungan dengan kondisi ini. Di setiap daerah yang kami tinggal mam belajar masak makanan khas daerah itu. Ketika tinggal di Lubuk Linggau Sumatra selatan, Pindang patin, model dan tekwan buatan mam sering kami temui di bawah tudung nasi di meja makan keluarga. Sambal tempoyak duren di masak dengan ikan teri beberapa kali kami cicipi ketika ayah bertugas di Jambi. Atau ketika di Mataram NTB, ayam bakar taliwang buatan mama menjadi menu Favorit kami sekeluarga. Dan sekarang ketika sudah menetap di Bogor pepes ikan Peda mama selalu saya pesan kalau saya akan pulang ke Bogor.
Hobby saya adalah belanja ke pasar tradisional, bersama teman-teman JalanSutra saya sempat mengunjungi pasar Muara karang, Pasar kopro, pasar senen, pasar petak sembilan, pasar benhil. Hobby ini mungkin karena kebiasaan mama yang selalu mengajak saya belanja kepasar tradisonal dari saya kecil. Menemani mama ke pasar di hari libur sekolah, melihat tumpukan sayur mayur segar, berdesakan dengan orang-orang di tengah pasar yang becek, belajar cara memilih ikan atau daging yang segar, memperhatikan mama menawar barang, menjadi hiburan tersendiri buat saya. Jadi lah sampai sekarang sama dan mama punya hobby sama yaitu jalan kapasar becek.
Kondisi keluarga yang berpindah-pindah membawa keuntungan lain untuk hobby kami ini. mangunjungi pasar-pasar becek di daerah. Mencari udang galah di pasar ikan pinggir sungai batang hari *atau sungai musi ya?* di Sarolangun Jambi, sambil melihat jernih nya anak sungai dan ibu-ibu yang sedang mendulang be batuan berharga di bawah sungai, dan pulang ke rumah dengan membawa bungkusan yang berisi udang melintasi jembatan tali gantung yang kalau kita berjalan diatas nya maka jembatan itu akan berayun-ayun di atas sungai , hingga sekarang daging udang yang putih manis itu masih terbayang kelezatannya. Kalau sedang pulang kampung ke padang, Pasar pakan Kamis di batu sangkar atau bukit tinggi tidak pernah kami lewati, mencicipi lemang tapai dari limo kaum, ikan bilih danau singkarak, dan "yoghurt" made in sumbar Dadih yang akan di masak dengan irisan cabai merah sesampai nya di rumah. Ketika tinggal di Lombok, kesukaan saya makan sea food benar-benar terpuaskan. Sering waktu di akhir pekan kami lewat kani untuk mengunjungi pasar-pasar di lombok, mencari ikan, kepiting dan udang di pasar selong lombok timur, atau mencari gerabah keramik di pasar Swite Mataram.
Saking senang nya mama mengajak saya ke pasar, pernah mama mengajak saya ke pasar sebelum berangkat ke sekolah, kebetulan waktu saya SMA sempat dapet giliran masuk siang. jadi lah saya dengan seragam sekolah menemani mama. Yang nama nya pasar tradisional itu pasti bau nya macam-macam dari bau sayuran busuk, bau ikan atau malah bau abang penjual nya ? dan sial nya bau tak enak itu menempel di seragam sekolah saya, akhir nya seharian itu di sekolah saya ber aroma parfum pasar becek, di tanggung saya gak berani dekat-dekat dengan gebetan.
Seiring berkembang nya jaman masakan mama ikut berkembang, kalau dulu Indonesia mode on, skrg sudah mulai agak ke bule-bule an atau terkontaminasi masakan china, akibat banyak nya acara masak-masak di televisi sekarang, Allhamdulillah sekarang mama masih sehat dan masih menjadi chef bagi kami dan masih semangat kalau di ajak beli sayuran segar di pasar induk bogor di tengah malam buta. Semoga Tuhan selalu memberi kesehatan untuk mama dan mama selalu memberikan kehangatan untuk keluarga. Selamat Hari Ibu Mama....