Kira-kira tiga minggu yang lalu, di suatu malam minggu, setelah kecewa nonton club kesayangan gue Manchester United kalah bertanding, gue memutuskan untuk nonton film drama romantis Cina 12 episode untuk menghilangkan ke kecewaan gue. Begadang sampai subuuhhh.
Seperti film-film drama romantis lainnya, film yang kalau di artikan ke dalam bahasa Indonesia artinya Musim Semi ini, bercerita tentang kisah percintaan sepasang kekasih yang awalnya berpisah tapi berakhir dengan bahagia, penuh dengan tangis haru biru di tengah cerita.
Gue tidak akan menjelaskan bagaimana jalan ceritanya film ini, tapi gue akan bercerita tentang betapa indahnya lokasi yang di gunakan untuk membuat film ini. Sebuah daerah pertanian di kaki sebuah bukit, daerah pertanian yang sangat indah, terdapat sebuah rumah khas cina yang di kelilingi oleh pepohonan yang rindang, sayur mayur dan bunga berbagai jenis. semua tampak teratur dan cantik sekali.
Tapi yang paling istimewa adalah bukit nya itu, sebuah bukit kecil yang di hiasi dengan berbagai jenis bunga-bunga yang beraneka macam dan berwarna-warni. Rumput hijau yang tersusun rapih seperti permadani yang terhampar luas. Belum lagi bersihnya langit biru dengan awan-awan putih yang tercetak dengan berbagai macam model, hasil karya sang Pencipta. Dan sebuah Pohon besar yang rindang, tepat di atas puncak bukitnya, sesekali terlihat beberapa ekor kupu-kupu yang berkejar-kejaran. Indaaahh sekali.
Di film itu di ceritakan sepasang kekasih itu sering menghabiskan waktu di sore hari dengan berjalan-jalan sambil bergandengan tangan di bukit itu dan memandang indahnya sunset, huaaaa romantis sekali.
Melihat semua pemandangan indah seperti itu yang terlintas dalam pikiran gue kok Kuburan yah ?? iyaa kuburan, rumah masa depan, tempat kita mengistirahatkan jasad kita setelah terpisah dengan arwah kita. Pernah gak terpikir, nanti kalau meninggal mau nya di kuburin di tempat seperti apa ? oke deh, sekarang kita liat kenyataan yang ada, komplek kuburan (muslim) yang paling bagus di jakarta ini seperti apa sih ? menyeramkan, gersang dan semrawut. Ongkos sewa dan perawatan yang tinggi, kalau keluarga kita gak bisa lagi bayar uang sewa, kuburan kita bakal di gali dan di timbun dengan tubuh orang lain. hiiiiiiiiiiiiiiiiiiii. Kalau kita kaya dan punya banyak tanah sih enak, bisa punya komplek kuburan sendiri, seperti keluarga mantan penguasa negeri ini yang punya Astanagiri untuk dijadikan rumah masa depan mereka. Bagusnya sih sistem Kremasi, jasad kita di bakar terus jadi abu, dan abu nya bisa di simpen atau di sebar di tempat yang kita ingini, seperti Soe Hok Gie, yang abunya di sebar di antara indahnya bunga-bunga edelweiss di gunung Gede, sayangnya cara seperti itu tidak ada di agama Islam.
Memang sih, orang yang sudah meninggal itu, jasadnya sudah tidak bisa merasakan apa-apalagi. Tapi Rasanya kok damai yah kalau kita bisa tau, kalau nanti meninggal kita bisa menidur panjangkan tubuh kita di tempat seindah dan setenang tempat yang gue ceritain diatas tadi, pasti arwah kita akan tersenyum manis di surga. Amiinnnn.