<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d10868920\x26blogName\x3dFebi\x27s+Journal\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://jurnal-febi.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://jurnal-febi.blogspot.com/\x26vt\x3d-3357453960751995629', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Tuesday, November 22, 2005

Darah ku...oh darah ku.....

Semuanya berawal dari ketidak tahuan gue akan golongan darah gue, memalukan sih memang, sudah setua ini kok ya gak tau golongan darahnya sendiri. Oleh karena itu, di sabtu pagi kemarin gue melangkahkan kaki ke PMI untuk donor darah. Kebetulan tempat kost gue gak begitu jauh dengan PMI di salemba, dengan berjalan kaki kurang lebih 10 menit gue udah bisa sampai disana. Bangunan PMI ini keliatan baru di renovasi, disana sini masih terlihat beberapa bagian yang masih dalam tahap penyelesaian. Seperti nya Palang Merah Indonesia dibawah kepemimpinan Bapak Marie Muhammad makin maju aja, buktinya bisa merenovasi bangunan luas ini menjadi terlihat mewah dan di halaman gedung ada beberapa buah mobil ambulan yang masih baru dan beberapa mobil besar yang bertuliskan Dapur Umum sedang parkir. Selamat buat Bapak Marie ya, Balik ke cerita donor darah gue...

Selamat pagi bu, saya mau donor darah, lapor gue ke petugas yang ada di depan pintu masuk. Mbak masuk aja kedalam ruangan itu, nanti disana ada petugas yang membantu, kata petugas itu. Masuklah gue ke dalam ruangan yang ditunjuk, sebuah ruangan luas yang depenuhi kursi-kursi seperti ruangan tunggu di apotik, di dalam ruangan itu sudah ada beberapa orang yang juga lagi nunggu giliran buat donor darah, gue langsung menuju ke petugas yang ada disana.

Pak, saya mau donor darah, lapor gue lagi ke petugas itu. Ini isi formulirnya dulu, bolak-balik ya, kata petugas itu. Upsss kok bapak nya galak banget ya, mana gak ada senyum lagi, jutek abiissss, padahal gue kan udah pasang muka manis begini. Dalam waktu lima menit gue isi formulir yang dikasih itu, isi nama, alamat, ttl, ditanya juga pernah sakit apa ? penyakit yang ditanya serem-serem banget, apakah anda mempunyai sakit ayan ? sakit hepatitis ? dan penyakit-penyakit akut lainnya. Huaaaa untung semua pertanyaan tentang penyakit2 itu gue jawaban Tidak.

Setelah semua data-data gue isi, gue balikin lagi ke meja si bapak jutek. Si bapak jutek membaca formulir yang gue isi dan langsung dia bertanya dengan suara yang kenceng banget kaya pake toak, dan pasti suaranya itu kedengeran ke seluruh ruangan. Apa kamu sedang mens ? berapa berat badan kamu ? dan parah nya dia mengulangi semua jawaban gue masih dengan suara toak nya itu. Aduuhhh malu-maluin gak seh ? semua orang di ruangan ini kan jadi tau gue sedang menstruasi apa gak dan berapa berat badan gue, buat cewek pemalu kaya gue pertanyaan2 seperti itu kan sensitif sekali. huuuhhh untung yang ditanya cuman itu, kalau yang ditanya berapa ukuran BH kamu ??? oh tidaaaaaak.

Penyiksaan yang dilakukan si bapak jutek belum berhenti sampai disana, dia tanya lagi, golongan darah kamu apa ?
, gue jawab pela-pelan, gak tau, tiba-tiba dia mengeluarkan jarum dari laci mejanya dan tanpa ba bi bu dia menarik tangan gue dan menusukan jarum tadi ke ujung jari tengah gue, cuuuuuusss keluarlah darah segar dari jari tengah itu, dengan muka masih shock gue cuman bisa melihat dia mencapurkan darah gue dengan cairan berwarna biru, terus dia bilang, darah kamu A, sekarang kamu masuk keruangan sebelah buat pemeriksaan dokter.

Awalnya gue antusias banget mau donor darah ini, pengalaman pertama gitu lho, tapi setelah perlakuan si bapak jutek tadi gue jadi takut deh, dokternya sadis juga gak ya ? bisa-bisa darah gue di sedot semua lagi. Huaaa takutttt. Dengan membaca Bismillah gue masuk ke ruangan dokter. Dokternya sudah tua, semua rambutnya udah dipenuhi uban. Dan parahnya dia juga udah pasang muka sangar. Tambah takut gue. Gue di periksa tekanan darah, ditanya dalam waktu lima tahun ini pernah di opname gak ? sekarang lagi dalam pemakaian obat-obatan tertentu gak ? setelah dianggap layak, dokter uban menyuruh gue masuk ke ruangan donor darah.

Ruangan donor itu cukup besar, bersih, sejuk, ada tv flat 45 inci buath hiburan orang yang lagi donor, bener banget tuh tv ada disana, kalau kaya tadi ceritanya memang sangat dibutuhkan hiburan di ruangan ini. Tempat tidur berderet memenuhi ruangan, gue disambut oleh mbak-mbak manis berseragam putih-putih yang berjilbab. Disuruh tiduran di salah satu tempat tidur yang masih kosong. Gak berapa lama dia datang dengam membawa kantong yang berisi alat-alat untuk mengekstradisi gue, ada jarum, guntung, kantong darah dan lain-lain yang gue gak tau namanya apa.

Donor pertama ya mbak ? kata si petugas berkerudung itu, tenang aja sakitnya cuman dikit kok. Untung si mbak ini ramah dan gak kasar kaya dua orang petugas sebelumnya, jadi perasaan takut gue berangsur2 hilang. Mulailah si mbak mencari nadi gue dan menusukan jarum disana dan langsung disumbat dengan selang yang di arahkan ke kantong darah. Bener kata si mbak tadi, sakitnya cuman dikit kok. Gue liat darah gue yang berwarna merah kecoklatan dan agak kental mengalir deras menuju kantong darah. Mbak nya bener-bener terlatih nih, dia dengan sigap dan telaten melakukan pekerjaannya. Selama darah gue di ambil gue ngobrol dengan ibu-ibu pendonor yang ada di sebelah gue. Ibu itu cerita ini adalah donor dia yang ke 57, Ruaarr biasaaaaa.

Setelah kantong darah gue penuh, kantong darah dilepas dari tangan gue tapi selangnya masih di pasang dan dari selang itu mengucur dengan deras darah merah kental, bener-bener kaya kran air, darah yang keluar langsug dimaskukkan ke dua buah tabung kecil, tabung pertama untuk pengecekan HIV, tabung ke dua untuk pengecekan hepatitis, hasil dari pengecekan kedua penyakit itu akan di kirim ke para pendonor melalui surat kalau hasilnya positip, tapi kalau hasilnya negatif ya gak dikirimin surat cinta itu.

Setelah di anggap kuat, gue boleh meninggalkan ruangan dan disuruh ambil jatah makanan, ada indomie rebus, telur rebus dan segelas susu coklat. Berhubung gue ada janji mau sarapan nasi tim di pasar senen akhirnya gue tidak mengambil jatah makanan tersebut, tadinya kepikiran juga mau tanya ke petugas kantinnya, boleh gak jatah makanannya di ganti uang tunai aja lumayan kan buat beli nasi tim proyek senen, tapi gue takut nanti di suruh dateng ke bapak jutek itu lagi..haaiyaaaaa gak lagi-lagi dehh.

Menurut ibu yang sudah 57 kali donor darah itu, manfaat dari donor darah itu banyak banget , waktu dia masih muda muka nya penuh dengan jerawat, setelah dia rutin donor darah, jerawat-jerawat nakal itu gak pernah datang lagi. Terus, karena peredaran darah nya lancar dia jadi jarang sakit makanya dia selalu rutin 3 bulan sekali mendonorkan darahnya. Iya, pasti banyak manfaatnya mendonorkan darah itu, selain untuk kesehatan mungkin kalau di liat dari segi kemanusiaan ini sangat membantu sekali, apalagi sekarang lagi musim demam berdarah, pasti banyak yang membutuh kan darah. Sayang nya sistem yang sudah bagus kok jadi tercoreng karena orang-orangnya yang gak kompeten, masa buat menjadi ramah aja susah sih, apa itu udah menjadi ciri khas nya orang-orang yang bersinggungan dengan kepemerintahan ? Oh iya, akhirnya gue tau deh golongan darah gue apa ?? A, jadi kalau ada yang butuh darah dengan golongan darah itu gue dengan senang hati akan menyumbangkan nya.








0 Comments:

Post a Comment

<< Home