<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d10868920\x26blogName\x3dFebi\x27s+Journal\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://jurnal-febi.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://jurnal-febi.blogspot.com/\x26vt\x3d-3357453960751995629', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Wednesday, November 16, 2005

Rumahku Istanaku

Hari minggu kemaren abis baca salah satu artikel di Kompas yang berjudul menjadi tua di kelab. Di artikel itu diceritakan sekarang ini hang out di cafe or club sepulang kerja sudah menjadi gaya hidup buat Eksekutif muda di kota-kota besar. Jalanan macet dan letak perumahan di pinggir kota menjadikan para pekerja mikir-mikir dulu untuk langsung pulang sehabis bekerja. Apalagi kondisi cafe dibuat seyaman mungkin, dengan sofa-sofa yang empuk, karpet yang tebal, meja-meja bundar, alunan musik ringan seperti memindahkan ruangan keluarga kesana. Belum lagi menu-menu yang ditawarkan pengelola cafe, sayur lodeh dan tempe bacem berganti menjadi menu ala cafe.

Jadi inget cerita keluarga Budi di buku-buku pelajaran waktu jaman SD dulu, disana diceritakan kalau Bapak si Budi setelah bekerja seharian di kantor masih bisa menikmati secangkir teh dan pisang goreng buatan ibu di teras sambil membaca koran terbitan sore atau bercengkrama dengan anak-anaknya. Cerita Bapak si Budi ini bisa jadi cerminan para pekerja tempoe doloe waktu Jakarta masih lengang, waktu ongkos metromini masih seratus perak atau waktu pemerintah DKI belum kepikiran untuk membuat peraturan 3 in 1. Nah kalau sekarang ? boro-boro mau menikmati secangkir teh di sore hari bersama keluarga, ketemu keluarga aja mepet banget waktu nya. Rumah sekarang sudah menjadi tempat transit sementara atau tempat tidur dimalam hari saja. Gak tau siapa yang harus dipersalahkan dengan keadaan seperti ini atau memang gak ada yang harus di salahkan ? hanya akibat kemajuan jaman. Tapi walau bagaimana empuknya sofa di cafe, nikmatnya menu yang di sediakan, tetap saja tempat yang paling nyaman adalah rumah kita sendiri, bukannya ada istilah rumahku adalah istanaku ?? Dan inget satu lagi, Di rumah, keluarga tercinta sudah menunggu ....

4 Comments:

Blogger Hani said...

wah iya, aku jg baca artikel itu. sekarang tinggal niatnya aja khan hil. kalo dia cinta kelurga, ya dalam kondisi apapun dia akan langsung pulang ;)

btw, suka baca artikelnya samuel mulia nggak dikompas mingguan?

9:54 AM  
Anonymous Anonymous said...

wah iya feb, sekarang sih boro2 deh bisa nyampe rumah jam 5 sore trus bisa minum teh di teras. hiks... jadi rindu rumah.. dulu sore2 bokap sering beliin pisgor dkk :)

12:59 PM  
Blogger Scal said...

Umm..... bisa nggak ini dijadiin alasan untuk gue belom menikah? heheheheheheheheeheh

10:55 PM  
Anonymous Anonymous said...

Wonderful and informative web site. I used information from that site its great. Dialup+provider projector clipart Siemens s65 mp3 player Uncle sam poker brian kass games Canadian rx topamax 50mg goosedown riding jacket 1994 chevrolet camaro clear lenses Zithromax 2cside effects Adhd child game Circuit city credit card cash advance 1951 buick lesabre canvas cartridge bag uk all xbox 360 games Commonwaelth games medal taley Amateur fotos voyeur Octane rating for fuel in lexus ls330

1:06 PM  

Post a Comment

<< Home