<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d10868920\x26blogName\x3dFebi\x27s+Journal\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://jurnal-febi.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://jurnal-febi.blogspot.com/\x26vt\x3d-3357453960751995629', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Friday, August 19, 2005

Dirgahayu Indonesia

Kebaya putih dengan selendang merah bersulam bunga itu terlihat cantik waktu dikenakan ibu Ani Bambang Yudhoyono. Si Ibu tampak anggun berdiri mendampingi Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang pagi itu bertugas menjadi inspektur upacara dalam rangka memperingati dirgahayu Indonesia yang ke 60 di Istana merdeka.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap tanggal 17 Agustus gue selalu menyempatkan diri untuk nonton detik-detik hari kemerdekaan RI di tv. Padahal setiap tahunnya pelaksanaan upacaranya yah gitu-gitu aja, gak ada perubahan. Tapi tetap aja gue antusias untuk nonton. Masih seneng liat bapak-bapak ABRI berseragam yang berdiri tegap, masih suka ikutan nyanyi waktu anggota Obade bernyanyi, gue masih melotot nonton ibu-ibu pejabat dengan konde atau sasak tingginya, berkipas-kipas disamping para suami, masih deg-degan liat Paskibra pembawa bali waktu menjemput bendera pusaka, takut kaki paskibranya keselimpet waktu turun tangga, atau bakinya jatuh. Dan gue masih berdoa dalam hati pada waktu sang bendera pusaka akan dikibarkan, semoga bener, takut benderanya terbalik, jangan-jangan yang putih diatas dan yang merah dibawah. Kacau kan jadinya nanti.

Biasanya setelah menyiarkan upacara di istana, tv berlomba-lomba menyiarkan kisah-kisah sejarah bangsa, kisah-kisah yang seharusnya bisa membangkitkan rasa cinta kepada negeri yang bernama Indonesia. Setelah itu, gak ketinggalan menyiarkan kisah para pejuang kemerdekaan. Ironisnya kisah yang diperlihatkan pasti cerita-cerita tentang gimana susahnya hidup para pejuang itu dimasa tua mereka. Jadi kalau dulu mereka berjuang bangsa ini dari tangan penjajah,sekarang mereka masih tetap harus berjuang untuk bisa hidup layak di negeri yang mereka cintai ini. Setiap tahun pasti yang diperlihatkan seperti itu terus, menurut gue mereka seperti diterlantarkan begitu saja, gue jadi bertanya-tanya seandainya dari dulu para pejuang itu tahu kalau keadaan Indonesia seperti sekarang ini, mereka nyesel gak ya mau berjuang mati-matian dan berkorban segalanya bahkan nyawa mereka untuk bangsa ini ??

Paginya sebelum duduk didepan tv, gue belanja kepasar belakang kos dulu, gang-gang sempit menuju kepasar seperti bersolek, keliatan bersih, bahkan kanan kiri jalan seperti habis di cat, bendera-bendera kertas direntangkan dikedua sisi jalan, juga ada lampion-lampion yang diberi warna merah putih, meriah sekali. Melewati lapangan bola, disana tanda-tanda kemeriahan HUT RI keliatan banget, pohon pinang dengan cantolan hadiah-hadiah diatasnya, kumpulan karung-karung untuk lomba balap karung keliatan dipojok, bakiak-bakiak panjang juga keliatan. Penduduk sekitarnya juga gak kalah heboh, pagi-pagi aja mereka udah keliatan bergerombol di deket lapangan. Yah mungkin inilah makna hari kemerdekaan bagi mereka, sebuah kemeriahan pesta rakyat di setiap tahunnya. Buat anak-anak, keriuhan suasana lomba dengan hadiah-hadiahnya, buat para ibu rumah tangga mungkin bisa istirahat sebentar dari rutinitas rumah tangga dengan datang kelapangan melihat perlombaan, untuk para penjual bendera dan penjual pohon pinang, 17 Agustus mungkin berarti rezeki.

Di 60 tahun kemerdekaan Indonesia ini, yang gue liat kok cuman kesedihan aja ya yang dipunya negeri ini. Rakyatnya masih banyak yang kelaparan, kemaren baru aja heboh-heboh busung lapar, sekarang disambung dengan demam berdarah, anak-anak putus sekolah gak kehitung banyaknya, belom lagi bahaya narkoba, sistem pemerintahan yang kacau balau, hubungan luar negri yang gak harmonis, ditambah masalah TKW dan TKI, adalagi tuduhan sebagai negara teroris, kelangkaan BBM, sampai korupsi berjamaah yang sudah menggurita dimana-mana, dan kerakusan orang-orang yang mengaku wakil rakyat, dan masih banyak lagi. Mikirin kenyataan seperti itu bisa membuat kepala berasap. Kecewa, sedih pengen marah rasanya, tapi dibalik carut-marut wajah bangsa ini gue jadi berpikir, dulu para pejuang kita merebut negeri ini dengan pengorbanan yang sangat besar dan tanpa pamrih, masa kita gak malu sih bisanya hanya menuntut doang tanpa memberi lebih untuk bangsa ini ???

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Wonderful and informative web site. I used information from that site its great. Calgary alberta breast plastic surgery Search engine optimization and webmaster news feed

10:10 PM  

Post a Comment

<< Home